PENDAHULUAN
Dalam organisasi, terdapat sistem birokrasinya tersendiri. Birokrasi tersebut dibuat untuk mencapai suatu keteraturan yang memiliki pengaruh terhadap keberhasilan organsasi dalam mencapai tujuannya dan untuk mempertahankan eksistensi organisasinya. Dan untuk memenuhi hal-hal itu, adalah dengan menggunakan kekuasaan. Dengan adanya distribusi kekuasaan, maka akan dapat mempengaruhi berjalannya dan keberhasilan organisasi.
KEKUASAAN
• Pengertian
Kekuasaan mengacu pada suatu kemampuan bahwa si A harus mempengaruhi perilaku si B untuk melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak ingin dilakukan oleh si B. Dalam definisi ini, terimplikasi bahwa:
1. Suatu proses yang tidak perlu diaktualisasikan agar menjadi efektif,
2. Suatu hubungan yang saling ketergantungan, dan
3. Bahwa si B mempunyai keleluasaan terhadap perilaku dirinya sendiri.
Aspek penting dari kekuasaan adalah bahwa ia merupakan suatu fungsi ketergantungan. Semakin besar ketergantungan si B terhadap si a maka semakin besar kekuasaan si A dalam hubungan mereka. Ketergantungan didasarkan pada alternatif bahwa B memilih untuk berada dibawah kuasa si A. Atau, dengan kata lain, si A dapat membuat B melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak ingin dilakukan si B, tapi tidak berarti si B tidak mempunyai pilihan.
Dalam hal yang ekstrem, jika perilaku kerja si B benar-benar di program, sehingga tidak ada ruang untuk membuat pilihan. Sesungguhnya ia dipaksa untuk melakukan sesuatu selain yang sedang ia kerjakan. Misalnya, pembagian tugas, Undang-Undang, dan peraturan organisasi. Tapi, meskipun ada ketergantungan ini, seseorang tidak dapat melakukan kecurangan. Pembagian tugas ini berada dalam jalur hukum tertentu.
• Kunci Kekuasaan
Kunci dari kekuasaan adalah ketergantungan. Ketergantungan itu sendiri muncul ketika sumber daya yang dikuasai seseorang bersifat langka dan penting sifatnya.
• Kepentingan
Dalam hal ini, seseorang dalam organisasi menguasai akan hal-hal yang sifatnya penting bagi kelangsungan organisasi. Misalnya, saat penjualan menjadi hal yang tidak pasti (krisis), maka bagian penjualan lah yang menjadi sorotan organisasi, sehingga bagian penjualan menjadi bagian yang memiliki kekuasaan. Bagian lain yang kurang berperan dalam mengatasi hal ini akan tunduk dan memenuhi keperluan bagian penjualan dalam menjalankan fungsinya.
• Kelangkaan
Hal ini terjadi apabila seseorang memiliki dan menguasai keahlian/pengetahuan tertentu yang langka. Misalnya, dalam perusahaan yang sedang memerlukan tenaga kerja ahli dibidang Public Relations, maka seseorang yang memiliki kelangkaan dalam bidang yang sama akan menjadi berkuasa. Ia mungkin saja meminta gaji yang tinggi atau pun fasilitas yang memadai baginya.
KEKUASAAN DAN ORGANISASI
Dalam hubungannya dengan organisasi, kekuasaan dikonsepkan melalui persepsi yang beragam, diantaranya:
• Konsep tradisional, mendefinisikan kekuasaan sebagai kemampuan perorangan untuk menentukan dan membatasi hasil-hasil.
• Riker, kekuasaan adalah kemampuan untuk menggunakan pengaruh.
• Cleg, memandang kekuasaan bukan tentang konsep ataupun definisinya, tapi pada kenyataan mendasar mengenai apakah kekuasaan didistribusikan secara luas atau hanya milik kalangan tertentu saja, apakah disengaja atau tidak, apakah hanya berkisar pada masalah pengambilan keputusan adalah sebuah tindakan atau bukan, apakah mampu untuk bertindak.
• Mintzberg, melihat kekuasaan tentang kepada siapa yang memperoleh kekuasaan, kapan diperoleh, mengapa orang memperoleh kekuasaan. Namun, dalam batasan komunikasi organisasi, yang disoroti adalah bagaimana kita memandang kekuasaan sebagai kemampuan perorangan atau kelompok untuk memengaruhi, memberi perintah, dan mengendalikan hasil-hasil organisasi.
• Boulding, dalam arti luas, kekuasaan adalah sampai tingkat mana dan bagaimana kita memperoleh yang kita inginkan. Dalam penerapannya terhadap lingkungan organisasi, hal ini menyangkut bagaimana organisasi memperoleh apa yang diinginkannya dan bagaimana pada pemberi andil dalam organisasi memperoleh yang mereka inginkan.
• Pandangan mutakhir/modern, melihat kekuasaan tidak hanya terletak pada manusia, tapi juga struktur sosial yang memungkinkan mereka bertindak. Kekuasaan terletak pada hubungan antara manusia dalam sistem sosial itu sendiri.
KONSEP DASAR KEKUASAAN DAN ORGANISASI
John French dan Bertram Raven mendasarkan kekuasaan A terhadap B pada lima jenis kekuasaan, yaitu :
1. Reward Power (Kekuasaan memberi penghargaan)
Terjadi ketika seseorang mematuhi keinginan/ perintah orang lain karena dengan berbuat demikian ia akan mendapatkan keuntungan positif. Dalam organisasi, dapat berupa uang, penilaian kerja yang adil, ataupun promosi.
2. Coersive Power (Kekuasaan yang memaksa)
Berkaitan dengan rasa takut akan akibat negatif yang dapat muncul jika tidak mematuhinya.
3. Legitimate Power (Kekuasaan karena jabatan/ sah)
Kekuasaan ini dimiliki seseorang sebagai akibat dari jabatan di dalam tingkatan formal sebuah organisasi.
4. Referent Power (Kekuasaan karena kharisma)
Pengakuan pada seseorang yang memiliki sumber daya/ kharakter perorangan yang di inginkan. Timbul karena adanya kekaguman pada orang lain dan keinginan untuk menjadi seperti orang tersebut.
5. Expert Power (Kekuasaan ahli)
Pengaruh yang dimiliki sebagai akibar dari adanya keahlian, keahlian khusus, atau pengetahuan yang dimiliki seseorang. Menyangkut apakah seseorang percaya akan keahlian tersebut.
KEKUASAAN DALAM ORGANISASI
Boulding menemukan 3 jenis kekuasaan dalam organisasi, yaitu:
1. Kekuasaan bersifat menghancurkan (destruktif), adalah kekuasaan yang memiliki potensi untuk menghancurkan dan mengancam.
2. Kekuasaan menghasilkan (produktif), adalah kekuasaan untuk menghasilkan dan menjual. Mampu membuat sesuatu juga merupakan bagian dari kekuasaan ini.
3. Kekuasaan menyatukan (integratif), berarti mendorong kesetiaan, menyatukan orang-orang bersama, dan mampu menggerakkan orang ke tujuan bersama. Menurut Boulding, kekuasaan ini adalah yang paling dominan dan nyata.
DINAMIKA KOMUNIKASI ORGANISASI
Dua gagasan yang mengantarkan pemahaman tentang komunikasi organisasi dan kekuasaan:
1. Komunikasi dipandang sebagai mekanisme kekuasaan. Dalam konteks organisasi, komunikasi digunakan untuk menentukan tujuan, norma, dan perilaku organisasi. Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sarana kekuasaan. Manusia memiliki kekuasaan, melaksanakannya melalui komunikasi, dan menciptakan tindakan yang terorganisir.
2. Komunikasi dipandang sebagai kekuasaan, karena kemampuannya untuk menentukan hasil, pengetahuan, keyakinan, dan tindakan. Kekuasaan digunakan melalui alternative yang disediakan dan cara alternative itu diberikan. Misalnya, organisasi mengizinkan anggotanya berperan serta dalam pembuatan keputusan tetapi juga mengemukakan kriteria yang harus dipenuhi oleh setiap keputusan.
PROSES PEMNERIAN KEKUASAAN
Conger dan Kanungo menyatakan bahwa pemberdayaan dapat ditinjau dari :
1. Aspek relational, menegaskan pada masalah pembagian kekuasaan antara manager dan bawahan. Ada usaha untuk melonggarkan hirarki dan menekankan pemecahan masalah bersama.
2. Aspek motivasional, menegaskan pada kebutujan hakiki pada suatu keyakinan dan kemampuan pribadi. Melalui teknik ini, pegawai merasa memiliki kekuasaan.
KESIMPULAN
Kekuasaan adalah kemampuan untuk mengatur, mengendalikan, dan mempengaruhi dan merupakan bagian yang melekat pada proses organisasi. Sehingga, organisasi dan kekuasaan seharusnya memiliki interaksi yang sangat erat, guna mencapai tujuan organisasi. Kekuasaan tidak selamanya bersifat negative. Ia bisa menjadi positif bila dibagikan, dan dikembangkan, serta digunakan secara bijaksana.
Dalam organisasi, terdapat sistem birokrasinya tersendiri. Birokrasi tersebut dibuat untuk mencapai suatu keteraturan yang memiliki pengaruh terhadap keberhasilan organsasi dalam mencapai tujuannya dan untuk mempertahankan eksistensi organisasinya. Dan untuk memenuhi hal-hal itu, adalah dengan menggunakan kekuasaan. Dengan adanya distribusi kekuasaan, maka akan dapat mempengaruhi berjalannya dan keberhasilan organisasi.
KEKUASAAN
• Pengertian
Kekuasaan mengacu pada suatu kemampuan bahwa si A harus mempengaruhi perilaku si B untuk melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak ingin dilakukan oleh si B. Dalam definisi ini, terimplikasi bahwa:
1. Suatu proses yang tidak perlu diaktualisasikan agar menjadi efektif,
2. Suatu hubungan yang saling ketergantungan, dan
3. Bahwa si B mempunyai keleluasaan terhadap perilaku dirinya sendiri.
Aspek penting dari kekuasaan adalah bahwa ia merupakan suatu fungsi ketergantungan. Semakin besar ketergantungan si B terhadap si a maka semakin besar kekuasaan si A dalam hubungan mereka. Ketergantungan didasarkan pada alternatif bahwa B memilih untuk berada dibawah kuasa si A. Atau, dengan kata lain, si A dapat membuat B melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak ingin dilakukan si B, tapi tidak berarti si B tidak mempunyai pilihan.
Dalam hal yang ekstrem, jika perilaku kerja si B benar-benar di program, sehingga tidak ada ruang untuk membuat pilihan. Sesungguhnya ia dipaksa untuk melakukan sesuatu selain yang sedang ia kerjakan. Misalnya, pembagian tugas, Undang-Undang, dan peraturan organisasi. Tapi, meskipun ada ketergantungan ini, seseorang tidak dapat melakukan kecurangan. Pembagian tugas ini berada dalam jalur hukum tertentu.
• Kunci Kekuasaan
Kunci dari kekuasaan adalah ketergantungan. Ketergantungan itu sendiri muncul ketika sumber daya yang dikuasai seseorang bersifat langka dan penting sifatnya.
• Kepentingan
Dalam hal ini, seseorang dalam organisasi menguasai akan hal-hal yang sifatnya penting bagi kelangsungan organisasi. Misalnya, saat penjualan menjadi hal yang tidak pasti (krisis), maka bagian penjualan lah yang menjadi sorotan organisasi, sehingga bagian penjualan menjadi bagian yang memiliki kekuasaan. Bagian lain yang kurang berperan dalam mengatasi hal ini akan tunduk dan memenuhi keperluan bagian penjualan dalam menjalankan fungsinya.
• Kelangkaan
Hal ini terjadi apabila seseorang memiliki dan menguasai keahlian/pengetahuan tertentu yang langka. Misalnya, dalam perusahaan yang sedang memerlukan tenaga kerja ahli dibidang Public Relations, maka seseorang yang memiliki kelangkaan dalam bidang yang sama akan menjadi berkuasa. Ia mungkin saja meminta gaji yang tinggi atau pun fasilitas yang memadai baginya.
KEKUASAAN DAN ORGANISASI
Dalam hubungannya dengan organisasi, kekuasaan dikonsepkan melalui persepsi yang beragam, diantaranya:
• Konsep tradisional, mendefinisikan kekuasaan sebagai kemampuan perorangan untuk menentukan dan membatasi hasil-hasil.
• Riker, kekuasaan adalah kemampuan untuk menggunakan pengaruh.
• Cleg, memandang kekuasaan bukan tentang konsep ataupun definisinya, tapi pada kenyataan mendasar mengenai apakah kekuasaan didistribusikan secara luas atau hanya milik kalangan tertentu saja, apakah disengaja atau tidak, apakah hanya berkisar pada masalah pengambilan keputusan adalah sebuah tindakan atau bukan, apakah mampu untuk bertindak.
• Mintzberg, melihat kekuasaan tentang kepada siapa yang memperoleh kekuasaan, kapan diperoleh, mengapa orang memperoleh kekuasaan. Namun, dalam batasan komunikasi organisasi, yang disoroti adalah bagaimana kita memandang kekuasaan sebagai kemampuan perorangan atau kelompok untuk memengaruhi, memberi perintah, dan mengendalikan hasil-hasil organisasi.
• Boulding, dalam arti luas, kekuasaan adalah sampai tingkat mana dan bagaimana kita memperoleh yang kita inginkan. Dalam penerapannya terhadap lingkungan organisasi, hal ini menyangkut bagaimana organisasi memperoleh apa yang diinginkannya dan bagaimana pada pemberi andil dalam organisasi memperoleh yang mereka inginkan.
• Pandangan mutakhir/modern, melihat kekuasaan tidak hanya terletak pada manusia, tapi juga struktur sosial yang memungkinkan mereka bertindak. Kekuasaan terletak pada hubungan antara manusia dalam sistem sosial itu sendiri.
KONSEP DASAR KEKUASAAN DAN ORGANISASI
John French dan Bertram Raven mendasarkan kekuasaan A terhadap B pada lima jenis kekuasaan, yaitu :
1. Reward Power (Kekuasaan memberi penghargaan)
Terjadi ketika seseorang mematuhi keinginan/ perintah orang lain karena dengan berbuat demikian ia akan mendapatkan keuntungan positif. Dalam organisasi, dapat berupa uang, penilaian kerja yang adil, ataupun promosi.
2. Coersive Power (Kekuasaan yang memaksa)
Berkaitan dengan rasa takut akan akibat negatif yang dapat muncul jika tidak mematuhinya.
3. Legitimate Power (Kekuasaan karena jabatan/ sah)
Kekuasaan ini dimiliki seseorang sebagai akibat dari jabatan di dalam tingkatan formal sebuah organisasi.
4. Referent Power (Kekuasaan karena kharisma)
Pengakuan pada seseorang yang memiliki sumber daya/ kharakter perorangan yang di inginkan. Timbul karena adanya kekaguman pada orang lain dan keinginan untuk menjadi seperti orang tersebut.
5. Expert Power (Kekuasaan ahli)
Pengaruh yang dimiliki sebagai akibar dari adanya keahlian, keahlian khusus, atau pengetahuan yang dimiliki seseorang. Menyangkut apakah seseorang percaya akan keahlian tersebut.
KEKUASAAN DALAM ORGANISASI
Boulding menemukan 3 jenis kekuasaan dalam organisasi, yaitu:
1. Kekuasaan bersifat menghancurkan (destruktif), adalah kekuasaan yang memiliki potensi untuk menghancurkan dan mengancam.
2. Kekuasaan menghasilkan (produktif), adalah kekuasaan untuk menghasilkan dan menjual. Mampu membuat sesuatu juga merupakan bagian dari kekuasaan ini.
3. Kekuasaan menyatukan (integratif), berarti mendorong kesetiaan, menyatukan orang-orang bersama, dan mampu menggerakkan orang ke tujuan bersama. Menurut Boulding, kekuasaan ini adalah yang paling dominan dan nyata.
DINAMIKA KOMUNIKASI ORGANISASI
Dua gagasan yang mengantarkan pemahaman tentang komunikasi organisasi dan kekuasaan:
1. Komunikasi dipandang sebagai mekanisme kekuasaan. Dalam konteks organisasi, komunikasi digunakan untuk menentukan tujuan, norma, dan perilaku organisasi. Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sarana kekuasaan. Manusia memiliki kekuasaan, melaksanakannya melalui komunikasi, dan menciptakan tindakan yang terorganisir.
2. Komunikasi dipandang sebagai kekuasaan, karena kemampuannya untuk menentukan hasil, pengetahuan, keyakinan, dan tindakan. Kekuasaan digunakan melalui alternative yang disediakan dan cara alternative itu diberikan. Misalnya, organisasi mengizinkan anggotanya berperan serta dalam pembuatan keputusan tetapi juga mengemukakan kriteria yang harus dipenuhi oleh setiap keputusan.
PROSES PEMNERIAN KEKUASAAN
Conger dan Kanungo menyatakan bahwa pemberdayaan dapat ditinjau dari :
1. Aspek relational, menegaskan pada masalah pembagian kekuasaan antara manager dan bawahan. Ada usaha untuk melonggarkan hirarki dan menekankan pemecahan masalah bersama.
2. Aspek motivasional, menegaskan pada kebutujan hakiki pada suatu keyakinan dan kemampuan pribadi. Melalui teknik ini, pegawai merasa memiliki kekuasaan.
KESIMPULAN
Kekuasaan adalah kemampuan untuk mengatur, mengendalikan, dan mempengaruhi dan merupakan bagian yang melekat pada proses organisasi. Sehingga, organisasi dan kekuasaan seharusnya memiliki interaksi yang sangat erat, guna mencapai tujuan organisasi. Kekuasaan tidak selamanya bersifat negative. Ia bisa menjadi positif bila dibagikan, dan dikembangkan, serta digunakan secara bijaksana.
0 komentar:
Posting Komentar